Thursday, 24 September 2009

Rd. Ibrahim Arifin


Rd. Ibrahim Arifin, atau yang biasa dikenal sebagai Pak Adang Arifin adalah Murid langsung  dari R.O Soleh/Gan Uweh yang paling senior saat ini. Pak Adang Arifin terkenal dengan kedisiplinan nya dalam melatih jurus-jurus maenpo cikalong kepada murid-murid nya. Murid yang belajar pada beliau memerlukan kesabaran dan ketekunan ekstra, tetapi hasil yang didapat sangat memuaskan. Hal tersebut diceritakan langsung oleh H. Ceng Suryana yang pernah mengalami langsung dilatih oleh Pak Adang dalam belajar dan berlatih jurus, susun dan tomplok.
 Di usia nya yang sudah kepala tujuh, Pak adang masih tampak sehat dan gagah, masih semangat kalau berbicara, apalagi menyangkut maenpo cikalong. Semoga beliau selalu diberi kekuatan dan kesehatan oleh Allah SWT sehingga dapat terus menjadi sesepuh PABUCI yang dihormati seluruh kalangan.

Thursday, 30 July 2009

PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN MAENPO CIKALONG

Seorang murid atau seseorang yang ingin belajar/mempelajari maenpo cikalong, perlu memperhatikan beberapa prinsip dasar di luar jurus, teknik, aplikasi dan kaedah rasa. Beberapa prinsip dasar itu adalah :

  1. Ikhlas, yang pertama perlu ditaati adalah niatkan untuk belajar secara ikhlas. Dalam artian tidak ada maksud-maksud tersembunyi seperti hanya sekedar mencoba, ingin mendapatkan kaedah-kaedah tertentu nya saja, atau jurus/teknik tertentu untuk kepentingan pribadi. Niatkan lah untuk belajar secara ikhlas, yaitu memang ingin menekuni, menguasai, melestarikan dan mengembangkan untuk kemaslahatan diri sendiri dan masyarakat.
  2. Cinta, yang kedua adalah cintailah maenpo ini maka dia akan mencintai kita. Dengan niat yang ikhlas, maka akan timbul cinta terhadap nya dan insyaallah kita akan dimudahkan dalam menuntut ilmu ini.
  3. Sabar, maenpo cikalong adalah silat yang mengutamakan rasa. Yang dikejar untuk dikuasai adalah "rasa". Kadang seperti membosankan, sekilas sepertinya dari waktu ke waktu yang dipelajari cuma itu-itu saja. Padahal kita tidak menyadari bahwa sudah ada peningkatan dari pelajaran yang kita dapatkan. Oleh karena itu bersabarlah.
  4. Kemauan yang kuat, insyaallah dengan kemauan yang kuat para guru dan pelatih pun akan dengan senang hati menurunkan ilmu nya.
  5. Banyak bertanya, bukan dalam artian cerewet tapi asal bunyi. Bertanya lah apa yang tidak kita mengerti, tapi sebelum bertanya coba dan usaha lebih dulu. Setelah terasa mentok barulah bertanya. Insyaallah selanjut nya akan terus mengerti.
  6. Kejarlah untuk "mengerti" tidak hanya sekedar bisa. Dengan pengertian, maa semua pelajaran akan diterima dengan lebih mudah.
  7. Takdir, di luar semua itu, kita harus kembalikan semua nya kepada Yang Maha Kuasa. Takdir NYA lah yang menentukan seberapa jauh ilmu yang akan kita dapatkan dan kuasai dari Maenpo Cikalong ini.
Demikian beberapa prinsip yang saya sarikan dari petuah dan petunjuk sang guru.
Wabillahi Taufik wal Hidayah



Tuesday, 28 July 2009

Penerus Amanat Maenpo Cikalong "Pasar Baru"

Haji Ceng Suryana HR

Mungkin nama ini kurang begitu dikenal bagi para praktisi bela diri pencak silat di luar Cianjur. Dalam beberapa silsilah aliran Cikalong / maenpo Cikalong sendiri jarang yang tertuliskan namanya, namun siapa nyana bahwa garis silsilah aliran pencak silat Cikalong dari kalangan dalam atau yang lebih dikenal dengan maenpo Cikalong "Pasar Baru" yang dipopulerkan oleh generasi ketiga yakni dari Raden Idrus Wiradireja dan Raden Muhyidin Wiradibrata serta Raden Haji O. Soleh yang merupakan generasi keempat yang bertempat tinggal di daerah Pasar Baru - Cianjur ternyata memiliki penerus amanat tongkat estafet keilmuan aliran ini.

Haji Ceng Suryana HR, terlahir 5 Mei 1946 di Garut yang merupakan wiraswasta dan penduduk Desa Bojong -Karang Tengah ini adalah salah satu murid dari sekian banyak murid yang pernah menimba ilmu pada maestro maenpo Cikalong Raden Haji O.Soleh (gan Uweh). Belajar maenpo Cikalong sejak belasan tahun sekitar tahun 1960-an Haji Ceng Suryana HR yang berasal dari keluarga pecinta pencak silat tertaut hatinya pada aliran ini dan menjadi pencaharian juga pemberhentian terakhir dalam mempelajari bela diri yang sebelumnya memang telah banyak dipelajari. Dalam perjalanan mempelajari aliran Cikalong, semula diselimuti kabut keraguan akan keefektifan atau keampuhan ilmu yang dipelajarinya. Namun setelah setengah tahun diuji sang ayah yang juga seorang pendekar silat dan tak disangka dengan mudah sang ayah di jatuhkannya dua kali, dan merasa bisa dijatuhkan sang anak, ayahnyapun meminta padanya untuk mengundang Raden Haji O. Soleh untuk bersambut tangan yang lebih serius karena dengan anaknya, sang ayah merasa sungkan dan takut melukai. Namun kenyataan pahit dialami kembali ayahnya, dengan sang murid dijatuhkan sebanyak dua kali dan dengan sang guru, Raden Haji O.Soleh maka jauh lebih mudah dijatuhkan. Dengan sentuhan ujung jari telunjuk Raden Haji O.Soleh sang ayahpun dijatuhdudukan dengan mudah. Sejak saat itu keluarga H. Ceng Suryana HR menjadi murid dari Raden Haji O.Soleh.

Beberapa bulan sebelum meninggalnya Raden Haji O.Soleh kepadanyalah Raden Haji O.Soleh mempercayakan untuk menitipkan dan mengamanatkan untuk diterus dan dikembangkannya aliran Cikalong "Pasar Baru" ini. Amanat yang pernah disampaikan padanya antara lain," Kutitipkan (Cikalong) padamu, khawatir suatu saat anak cucuku hendak belajar maenpo Cikalong ..." (titip ka Aceng, bisi jaganing geto aya anak incu nu hayang diajar maenpo Cikalong..) secara simbolis pula Raden Haji O. Soleh pernah berkata pada H. Ceng Suryana HR sebagai penerusnya," Yang sekarang belum didapat akan kau dapatkan pada saatnya nanti..." ( nu ayeuna can kasampak bakal kapanggih `engke'..) sambil memakaikan kopiah / peci-nya pada Haji Ceng Suryana HR. Sejak meninggalnya Raden Haji O.Soleh sebagai guru besar Cikalong generasi IV seiring itu pula nama penerus aliran ini tenggelam.

Bertahun-tahun lamanya nama Haji Ceng Suryana HR tak muncul dipermukaan dan tak dikenal masyarakat pencak silat luar Cianjur apalagi masuk dalam silsilah aliran Cikalong, seakan tenggelam dalam hiruk pikuk dan gempitanyanya persilatan. Namun dalam beberapa tahun terakhir dengan segala kerendahan hati dan permintaan para murid yang belajar padanya, maka namanya mulai dikenalkan para murid pada masyarakat pencak silat dan media. Ini sebagai bentuk jawaban dan tanggung jawab atas keprihatinan semakin sedikitnya sumber keilmuan bela diri Indonesia yang "hilang" ditelan jaman. Hal ini juga sebagai upaya menjaga tradisi bangsa yang adiluhung agar tidak hilang atau diklaim bangsa lain.

Selain itu penerus aliran Cikalong "Pasar Baru" antara lain : Raden I. Arifin yang masih keluarga dari Raden Haji O.Soleh dan Iyus Sarosi sebagai murid dari Raden Muhyidin Wiradibrata....bersambung




Thursday, 23 July 2009

Gan Muhyidin


Mengenai jalur keilmuan Cikalong mungkin perlu disebutkan juga Rd. Muhyidin murid dari Rd. Bratadilaga. Beliau ini selain belajar kepada Rd. Bratadilaga tidak pernah berguru kepada siapapun lagi, sehingga mungkin bisa dibilang Cikalong yang diajarkan oleh beliau masih murni dan belum mendapat pengaruh Sahbandar.

R. Muhyidin lebih sering menggunakan usik puhu yang selalu mendahului gerak lawan.

Berdasarkan informasi Jurus Tujuh adalah jurus yang diajarkan oleh Gan Muhyidin kepada Gan Uweh. -bang ajad-

Wednesday, 22 July 2009

RADEN IDRUS (GAN IDRUS)


Gan Idrus selain belajar pada Gan Brata bilau juga belajar kepada Gan Obing sama seperti halnya Gan Didi.
Gan Idrus lebih menyukai usik tungtung yang melakukan serangan balik ketika serangan lawan sudah habis.

RADEN DIDI MUHTADI (GAN DIDI)


Rd. Didi (Gan Didi) mengembangkan 13 Jurus dengan beberapa pola langkah. Pola langkah yang di kembangkan oleh Rd. Didi merupakan gabungan antara pola langkah yang beliau dapat dari Rd. Bratadilaga serta dari Rd. Obing Ibrahim. Selain itu beliau membuat suatu metode pengajaran baru di mana dalam proses belajarnya seorang murid terlebih dahulu diajarkan Ibing.

RADEN ABAD M. SIROD (GAN ABAD)

Gan Abad M. Sirod merupakan generasi ke 3 dari aliran cikalong belajar dari Rd. Busrin yang merupakan murid dari Rd. H. Ibrahim, Selain belajar pada Rd. Busrin Gan Abad M. Sirod juga belajar pada beberapa guru dan sesepuh maenpo. Gan Abad membuat mekanisme pelajaran maenpo dengan mengembangkan 30 Jurus yang lebih dikenal dengan 27 Jurus Kajadian dan 3 Jurus Maksud. beliau juga mengarang buku Tuduh Kaedah Maenpo.
Jurus 30 yang di kembangkan oleh Gan Abad adalah:

-- 27 Jurus kajadian
1. Susun
2. Sambut Luar
3. Sambut Luar Pepehan
4. Opat Pasagi
5. Lima Labuhan
6. Pasangan Peupeuhan
7. Tumpangan
8. Pasangan Labuhan
9. Tumpangan Labuhan
10. Parieusan
11. Peunggasan
12. Peunggasan Kulit
13. Potongan Siku
14. Teken Jihad
15. Malik Jihad
16. Parieusan Pura
17. Kocet
18. Potongan Labuhan
19. Lima Peupeuhan
20. Serut
21. Kari
22. Madi
23. Jurus Tilu
24. Sabandar
25. Gicel
26. Sambut Jero
27. Ringkeusan Pura
28. Maksud Lempeng
29. Maksud Serong
30. Main Hiji

Buku Tuduh Kaedah Maenpo sendiri terdiri dari 5 bab diantaranya:
1. BAB MUSIM
2. BAB OPAT PERJALANAN
3. BAB RASA
4. BAB GERAK
5. BAB JURUS KEJADIAN

RADEN OBING IBRAHIM (GAN OBING)



Dikisahkan ketika Rd. Obing sedang berlatih dengan Rd. Enoh, Rd. H. Ibrahim sempat mengamati dan melihat bakat yang dimiliki oleh Rd. Obing ini. Sehingga pada akhir latihan disampaikan oleh Rd. Ibrahim kepada Rd. Enoh bahwa setelah selesai berlatih pada Rd. Enoh, Rd. Obing diminta melanjutkan pelajaran silatnya pada Rd. H. Ibrahim sang maestro Cikalong. Sejak itu mulailah Rd Obing belajar cikalong langsung pada Rd. H. Ibrahim.

Selain mendalami cikalong, Rd. Obing juga mendalami maenpo sabandar yang menurut beberapa kisah, Rd. Obing belajar dari gurunya (Rd. Enoh) dan kemudian di lanjutkan belajar langsung pada Mama Kosim di Sabandar. Namun ada juga kisah yang menceritakan bahwa Rd. Obing hanya belajar sabandar pada Rd. Enoh dan tidak belajar langsung pada Mama kosim (waallohualam bisawab).

Ternyata kecerdasan dan kejeniusan Rd. Obing menyebabkan beliau sangat di sayangi oleh para guru-gurunya, kemampuan untuk mendalami dan menggabungkan prinsip prinsip dari cikalong dan sabandar membuat para gurunya kagum, sehingga saking sayangnya Rd. H. Ibrahim memberikan Nama Ibrahim dibelakang nama Rd. Obing sehingga namanya menjadi Rd. Obing Ibrahim. Nama Ibrahim adalah nama pemberian dari Guru sebagai rasa sayang kepada murid.Perkembangan maenpo di cianjur memiliki pusat pusat pengembangan yang letaknya tidak terlalu jauh. Bojong Herang merupakan pusat dari pengembangan murid-murid Sabandar, sedangkan Pasar Baru merupakan pusat pengembangan Cikalong. Diantara kedua pusat ini adalah kaum, disinilah para tokoh maenpo cianjur mempelajari kedua aliran ini baik cikalong maupun sabandar, dan tokoh dari kaum ini adalah Rd. Obing Ibrahim.Keahlian Rd. Obing Ibrahim dalam bersilat sangat di akui kala itu, sehingga banyak tokoh cikalong yang menimba ilmu padanya. beberapa tokoh maenpo cikalong yang sempat belajar pada Rd. Obing adalah:
Rd. Didi (gan Didi)
Rd. Utuk (gan Utuk)
Rd. Idrus (gan Idrus)
Rd. Nunung Ahmad Dasuki (gan Nunung)
Rd. Memed (gan Memed)
Rd. Popo Sumadipraya (gan Popo)

Rd. Obing Ibrahim terakhir menjabat sebagai Naib (penghulu) Cianjur, beliau wafat di Cianjur tanggal 1 Juni 1942 dan dimakamkan di Suka Negara, Kecamatan Tanggeung Cianjur

Tuesday, 21 July 2009

PARA TOKOH PENGEMBANG CIKALONG

Dari semua penerus aliran cikalong, paling tidak ada 4 tokoh yang sangat berpengaruh pada perkembangan aliran ini, tokoh tokoh itu adalah :

1.Rd. Obing Ibrahim (Gan Obing), yang mengembangkan 5 adegan serong/jalan serong atau dikenal juga dengan Suliwa;
2.Rd. Abad, yang mengembangkan jurus 30 dengan 27 Jurus kajadian dan 3 Jurus maksud;
3.Rd. Didi (Gan Didi), yang mengembangkan 13 Jurus dengan beberapa pola langkah; dan
4.Rd. U. Soleh (Gan Uweh), yang mengembangkan 10 Jurus, 3 Pancer dan Jurus 7 serta Masagikeun.

KAEDAH DALAM MAENPO CIKALONG PANCERBUMI

(Madi-Sabandar-Kari)


A. MADI
Bang Madi, seorang penjual kuda yang berasal dari Pagarruyung, Sumatra Barat. Setelah berkenalan dan akhirnya bersambung tangan, akhirnya diketahui bahwa Bang Madi adalah seorang ahli pencak silat yang sangat tangguh.
Dari Bang Madi R.H. Ibrahim memperoleh ilmu permainan rasa, yaitu sensitivitas atau kepekaan rasa yang positif sehingga pada tingkat tertentu akan mampu membaca segala gerak lawan saat anggota badan bersentuhan dengan anggota badan lawan, serta segera melumpukannya.
Menurut beberapa tokoh, salah satu ciri atau kebiasaan dari Bang Madi adalah mahir
dalam melakukan teknik “bendung” atau menahan munculnya tenaga lawan, di samping “mendahului tenaga dengan tenaga”. Di kalangan aliran Cikalong teknik ini disebut “puhu tanaga” atau “puhu gerak”.

B. SABANDAR
Masuknya pengaruh Sabandar di cikalong sepertinya dimulai dengan belajarnya murid generasi pertama cikalong ke Mama Kosim (Sang Maestro Sabandar). Salah satu tokoh cikalong yang belajar juga pada Mama kosim adalah Rd. Enoh.
Salah satu ciri aliran Sabandar adalah mahir dalam mengalirkan tenaga, yang dalam kalangan pencak silat dikenal dengan istilah liliwatan, coplosan atau kocoran.

C. KARI
Atas petunjuk Bang Madi, R.H. Ibrahim disarankan untuk menemui seorang tokoh silat dari Kampung Benteng, Tangerang yang bernama Bang Kari.
Dari Bang Kari, R.H. Ibrahim mendapatkan (ulin peupeuhan) ilmu pukulan yang mengandalkan kecepatan gerak dan tenaga ledak.

Teknik Aplikasi Jurus Dasar


bentuk aplikasi jurus dasar Kocet










Monday, 20 July 2009

Teknik Aplikasi Jurus Dasar


Aplikasi jurus dasar Tomplok dan Susun




Teknik Aplikasi Jurus Dasar


Bentuk lain dari aplikasi jurus dasar Tomplok

Pelatih Ade dan Dani




Teknik Aplikasi Jurus Dasar

Salah satu bentuk aplikasi dari jurus dasar Tomplok
yang dilakukan Guru Ujang Saefuddin pada pelatih Dani






Sunday, 19 July 2009

SILSILAH

Saturday, 18 July 2009

Acara Pembukaan Jambore Seni Pencak Silat Indonesia 2009

Kalau semua kumpul, saling kenal, silaturahmi....pasti indah belajar silat itu!!!






Thursday, 16 July 2009

Raden Haji O.Soleh

Raden Haji O. Soleh
Sang Maestro Maenpo Cikalong "Pasar Baru"

Beliau adalah generasi keempat penerus Maenpo Cikalong hasil karya cipta Rd H Ibrahim Djajaperbata. Beliau dikenal secara familiar dengan nama Gan Uweh. Gan Uweh mendapatkan/mewarisi Maenpo Cikalong dari Gan Muhyidin dan Gan Idrus, dimana Gan Muhyidin adalah murid dari Gan Barata (pura kandung Mama Haji Ibrahim), sedangkan Gan Idrus adalah murid dari Gan Obing Ibrahim (murid terkasih Mama Haji Ibrahim. Maenpo Cikalong yang dipelajari di Paguron Maenpo Pancer Bumi ini adalah yang berasal/diturunkan dari Gan Uweh. Di mana salah satu murid terkasih yang diamanatkan langsung oleh Gan Uweh untuk meneruskan dan melestarikan Maenpo Cikalong ini adalah H. Ceng Suryana. (ocd)





Thursday, 9 July 2009

KATA-KATA BIJAK DAN PETUAH DALAM MAENPO CIKALONG

Membeladiri bukan untuk mencelakai lawan, namun Membeladiri dan menyelamatkan lawan
Amanat dari Raden Haji Ibrahim:
Jangan menyombongkan guru, lebih-lebih jangan menyombongkan diri sendiri mahir maenpo, Menunjukkannya di mana-mana, sebab dapat menimbulkan fitnah, menghina dan menjelek jelekan penca yang lain, Takabur, Ujub dan ria (sombong) dengan harapan disebut mahir maenpo atau ingin di takuti orang lain


Amanat dari Raden Obing Ibrahim:
Diingatkan kepada semua yang sedang belajar atau yang sudah belajar amengan (penca), janganlah sampai melanggar nasihat gurunya, seperti mencoba ilmu orang lain atau memamerkan gerakan di jalan atau di tempat umum, sebab hal demikian kurang pantas. Belajar amengan itu tidak ada akhirnya, selamanya kita belajar terus, berakhir hanya pada saat meninggal.

Pada waktu mencapai ilmu yang tinggi perilaku menjadi hati-hati dan waspada, apa yang terjadi dihadapi.

Sangat sulit untuk mengetahui siapa yang sudah tinggi ilmunya dan siapa yang masih rendah, sebab apa yang tampak , misalnya kebagusan ibing (tari penca) tidak dapat di jadikan patokan kemahiran penca.

Pada saat bersambung baru dapat di tentukan apakah seseorang itu lebih tinggi, sama, atau lebih rendah

Semua ameng (baik yang ada di tanah Sunda maupun yang berasal dari luar) tidak ada yang lebih bagus atau lebih jelek, sungguh semuanya biasa saja, menjadi jelek untuk yang masih bodoh , sedangkan bagi yang sudah mahir tetap bagus, jadi tidak tergantung ameng yang mana, melainkan pada kemahiran atau kebodohannya


R. Obing Ibrahim


"Padahal sadajana ameng oge henteu aja anoe langkoeng sae atanapi awon, estoe loembrah bae, awon soteh kanggo anoe masih bodo, da kanggo anoe parantos pinter mah tetep saena, teu goemantoeng kana ameng itoe ameng ieu. saha saha anoe kawon nawiskeun jen bodo keneh."

Padahal semua maenan tidak ada yang lebih bagus atau lebih jelek, lumrah saja jelek buat yang masih bodoh. untuk yang sudah pintar tetap saja bagus, tidak tergantung pada permainannya. barang siapa yang kalah maka dia masih bodoh.

seminar UI 28 mei 2009

Pembahasan Sejarah Aliran Cikalong










Jurus

Jurus dalam Maenpo Cikalong yang diajarkan oleh Pabuci terdiri dari 10 jurus dasar dan 3 pancer. 10 jurus dasar itu terdiri dari :
  1. Jurus
  2. Suliwa
  3. Serong
  4. Kocet
  5. Susun
  6. Tomplok
  7. Lipet Potong
  8. Potong serong
  9. Jurus Tujuh
  10. Serut
3 pancer terdiri dari :
pancer satu, pancer selah bumi, pancer dua.

Dalam pembelajaran jurus ini terkadang tidak dilakukan secara berurutan dari angka 1 sampai 10, guru kadang mengacak susunan jurus dengan tujuan agar murid dapat mengingat setiap bentuk jurus yang diajarkan. Bentuk dan sikap jurus akan diuraikan dalam tulisan yang lain.

Metode pembelajaran.
Pada setiap latihan, seluruh murid wajib menjalankan 10 jurus dasar dan 3 pancer tersebut di atas. Setelah itu masing-masing murid akan berpasangan. Sistem berpasangan ini adalah teknik khas dari maenpo cikalong yang dinamakan napel/nempel. Tujuan dari sistem ini adalah menumbuhkan rasa pada setiap murid. Oleh karena yang dituju dalam maenpo cikalong adalah tumbuh nya "rasa". Itulah sebab nya silat ini dinamakan juga "silat rasa". Mengenai rasa ini akan diuraikan lebih detil pada tulisan lainnya.
Berlatih dengan berpasangan ini mempunyai keuntungan lain yaitu masing-masing murid akan saling mendukung perkembangan dan pertumbuhan rasa nya. Prinsip yang ditanamkan adalah "saling memberi dan saling menerima". Saling asah-asih dan asuh.

-ocd-

Raden Haji Ibrahim Jayaperbata

.

Raden Haji Ibrahim Jayaperbata terlahir dari keluarga ningrat dan bangsawan Cianjur, leluhurnya adalah merupakan salah satu pendiri Cianjur. Lahir diawal abad XIX atau tepatnya pada tahun 1816 meninggal tahun 1906, di desa Cikalong

SEJARAH , FILOSOFI DAN KAEDAH MAENPO CIKALONG




PENDAHULUAN
Pencak silat adalah sistem bela diri yang dikenal baru setelah kemerdekaan. Sebelumnya kedua kata ini belumlah terkenal. Namun pemisahan dua kata tersebut menjadi pencak yang memiliki artian “permainan”, teoritis dan propan ataupun silat yang suatu sistem bela diri yang sungguh-sungguh, praktis dan sakral telah dikenal sebagian masyarakat kita terdahulu terutama yang berada dipulau Jawa, Bali dan Madura. Sementara kata silat lebih akrab didengar di masyarakat rumpun Melayu. Tatar Pasundan merupakan salah satu daerah sumber yang memiliki banyak dan beragam aliran, yang mewarnai persilatan dunia. Beberapa istilah pencak silat yang dikenal dalam masyarakat Sunda antara lain penca silat, penca, silat, amengan, ulin dan maenpo.
Kesemuanya ini merupakan suatu hasil dari kekayaan intelektual para leluhur bangsa ini yang yang arif dalam memandang harmoni kehidupan. Namun kini seiring dengan semakin pesatnya laju kehidupan keseharian masyarakat Indonesia yang kian modern, informasi mengenai pencak silat, penca, silat ataupun maenpo bukan semakin melekat erat namun semakin jauh dan serasa asing di masyarakatnya sendiri terutama generasi muda. Adalah merupakan tanggung jawab kita bersama dalam kearifan menyikapi kelangsungan hidup juga kelestarian pencak silat di dalam konteks jaman. Agar senantiasa pencak silat yang dengan segala nilai-nilai keluhurannya dapat mempertahankan keberadaannya di tengah arus budaya global yang kian menderanya.

Sejarah Maenpo Cikalong
Pencak Silat, ada pendapat yang menafsirkan dengan memisahkan arti dari kedua kata namun ada pula yang menganggap kedua kata tersebut sebagai bentuk dari penyatuan kata. Pendapat pertama yang memisahkan artian kata berpendapat bahwa Pencak adalah bentuk permainan (keahlian) untuk mempertahankan diri dengan menangkis, mengelak dan sebagainya. Sementara silat adalah kepandaian berkelahi, seni bela diri yang berasal dari Indonesia dengan ketangkasan membela diri dan menyerang untuk pertandingan atau perkelahian (KBBI, Pusat Bahasa 2008) Namun kesemuanya itu memiliki kesamaan subtansi di dalam hal pengertian. Tokohtokoh pendiri IPSI menyepakati pengertian pencak silat dengan tidak lagi membedakan pengertian antara pencak dan silat karena memiliki pengertian yang sama. Kata pencak silat adalah istilah resmi yang digunakan Indonesia untuk bela diri rumpun Melayu ini, sementara negara-negara lain seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam lebih memilih kata silat.
(Perbincangan dengan Bapak Eddie M. Nalapraya , 26 Mei 2007)

Di Tatar Pasundan istilah bela diri pencak silat dikenal kata penca, silat, penca silat dan maenpo. Untuk kata penca terdapat di dalam manuskrip Sanghyang ikshakandha Ng Karesiyan, kidung Sunda mengenai tragedi Bubat (1346M), Dyah Pitaloka beserta Ayahya Prabu Maharaja Linggabuwana Wisesa dan ibundanya Retna Lisning yang tewas di dalam pertempuran yang sangat tidak berimbang dalam jumlah melawan pasukan kerajaan Majapahit yang menyerangnya.
puluh-puluh rombongan heunteu kaitung
tujuh rupa penca, anu ulin pakarang bae
lain deui bangsa, serimpi bedaya
(hoen 1878:99)
(palagan bubat, soepandi & atmadibrata 1977:45)
Meski induk organisasi pencak silat (IPSI) telah menyepakati tentang pengertian pencak silat itu sendiri, namun demikian dalam masyarakat tradisional Sunda sendiri masih banyak yang mengartikan kata pencak silat sebagai dua kata yang berbeda. Penca sering diartikan sebagai suatu bentuk bela diri yang masih dapat diperlihatkan sebagai bentuk kesenian yang kadang diidentikkan dengan ibing (penca : kaasup olah raga bela diri ngagunakeun karikatan jeung kapinteran ngagerakkeun anggahota badan biasana bari ditabuhan ku kendang penca / termasuk olah raga bela diri yang menggunakan ketangkasan dan kepandaian menggerakkan anggota badan yang biasanya diiringi tetabuhan gendang pencak, Kamus Basa Sunda : R.A. Danadibrata, hal : 514), sementara silat adalah bentuk bela diri atau ilmu perkelahian dan pertempuran yang sesungguhnya yang hanya dikeluarkan pada saat yang mendesak dan tabu untuk dipertontonkan kepada khalayak ramai. Dengan bahasa keseharian penca sering diidentikan dengan kembangna (kembangnya) sedangkan silat buahna, eusina atau intina (buahnya, isinya atau intinya).

1. Asal kata maenpo
Sementara istilah lain dalam bahasa Sunda, khususnya daerah Cianjur pencak silat lebih dikenal dengan sebutan maenpo, meski diakui perkembangan istilah ini tidak sepesat pencak silat dan masih kurang akrab didengar di telinga masyarakat Indonesia. Dan orang yang membawa serta mempopulerkan istilah maenpo ini pada masyarakat Cianjur adalah Raden Haji Ibrahim Jayaperbata dikenal sebagai pendiri aliran Cikalong. Pengertian kata maenpo sendiri ada yang menerjemahkan terdiri menjadi dua kata serta dipisahkan penulisannya yaitu maen (permaenan) dan po (poho) yang berarti lupa begitu pula dalam penulisannya, seperti yang pernah di tulis O’ong Maryono dalam bukunya “Pencak Silat Merentang Waktu”. Selain itu ada juga pendapat yang menuliskannya menjadi satu kata yakni maenpo. Kata maenpo ada juga yang menjadikannya akronim kata maen anu euweuh tempo di populerkan oleh Raden Haji Tarmidi (keponakan dari Raden Haji Ibrahim Jayaperbata). Akronim ini menggambarkan maenpo sebagai suatu seni bela diri yang memiliki pola dan teknik permainan yang yang sangat cepat yang tidak memberikan tenggang waktu yang panjang dan kesempatan bergerak kepada lawan yang dihadapi. Dalam maenpo sendiri pergerakan baik dalam menyerang maupun dalam menahan atau membendung serangan lawan, banyak memanfaatkan celah waktu yang sempit yang dapat mempersulit pergerakan dan posisi lawan. Selain itu ada pula yang mengkaitkan kata po sebagai serapan dari bahasa Cina yang berarti kepalan tangan / pukulan. Hal ini dapat dipahami karena para guru Raden Haji Ibrahim Jayaperbata tinggal di Batavia dimana kemungkinan pengaruh penggunaan istilah bahasa Cina banyak yang menjadi serapan dan bagian dari bahasa keseharian masyarakat Betawi yang kemudian terbawanya penggunaan kata maenpo sebgai istilah ke dalam pembendaharaan kata bahasa Sunda. orang Betawi masih menggunakan dan akrab dengan istilah maen pukulan sebagai padanan kata pencak silat hingga sampai sekarang.

2. Sejarah Maenpo Cikalong
Aliran Cikalong adalah aliran pencak silat yang berasal dari daerah Cianjur, tepatnya desa Cikalong -Cikundul (tempat awal mula berdirinya Cianjur) yang berada kini di kecamatan Cikalong Kulon lokasi ini dapat ditempuh melalui rute jalur alternatif dari Jakarta melalui Jonggol. Kebanyakan orang mengira bahwa aliran Cikalong ini adalah merupakan bela diri yang terinspirasi dari teknik perkelahian hewan mamalia terbang yaitu kalong (pteropus edulis) atau kelelawar besar berdasarkan pada kata dari aliran ini. Maenpo Cikalong sama sekali tidak mengambil bentuk atau terinspirasi dari hewan, Maenpo Cikalong adalah aliran bela diri pencak silat yang merupakan hasil perenungan dari Raden Jayaperbata setelah menunaikan rukun Islam ke lima, Raden Jayaperbata berganti nama menjadi Raden Haji Ibrahim Jayaperbata.
Raden Haji Ibrahim Jayaperbata yang terlahir dari keluarga ningrat dan bangsawan Cianjur, leluhurnya adalah merupakan salah satu pendiri Cianjur. Lahir diawal abad XVIII atau tepatnya pada tahun 1816 meninggal tahun 1906, di desa Cikalong. Diketahui bahwa salah satu dari leluhurnya, Raden Wiranagara atau yang dikenal dengan nama Aria Cikalong pernah berguru dan membawa seorang ahli silat bernama Embah Kahir atau Embah Khaer yang kemudian menetap dikenal sebagai aliran Cimande ke keluarga ini hingga dikenal aliran bela diri ini ke masyarakat luas.

Silsilah leluhur Raden Jayaperbata
Kangjeng Dalem Raden Wiratanudatar I (Kanjeng Dalem Cikundul)
Kangjeng Dalem Raden Wiratanudatar II (Kanjeng Dalem Tarikolot)
Kangjeng Dalem Raden Wiratanudatar III (Kanjeng Dalem Dicondre)
Kangjeng Dalem Raden Wiratanudatar IV (Kanjeng Dalem Sabirudin)
Kangjeng Dalem Raden Wiratanudatar V (Kanjeng Dalem Muhyidin)
Kangjeng Dalem Raden Wiratanudatar VI (Kanjeng Dalem Dipati Enoh)
Raden. Wiranagara (Aria Cikalong)
Raden. Rajadireja (Aom Raja) Cikalong
Raden. Jayaperbata (Rd. Haji Ibrahim)

Guru - guru dan Aliran yang Pernah Dipelajari
tak kurang dari 17 (tujuh belas) guru / perguruan Raden Jayaperbata menimba ilmu bela diri pencak silat, Kebanyakan dari aliran yang dipelajarinya adalah memiliki dasar Cimande. Hal ini dapat dipahami karena saat itu telah berkembang pesat aliran Cimande dan menjadi rujukan bagi perguruan silat yang berada di Tatar Pasundan. Namun dari sekian banyak perguruan dan guru yang dijadikan tempat menimba ilmunya hanya ada empat guru yang menjadi figur sentral dalam aliran Cikalong yang di kemudian hari.
Mereka adalah :
a. Raden Ateng Alimuddin
b. Bang Ma’ruf / Rauf
c. Bang Madi
d. Bang Kari.
Keempat guru inilah yang sangat mempengaruhi bentuk jurus, pola langkah maupun pengerahan tenaga pada aliran Cikalong. Sementara Sabandar atau Mama Kosim atau Mohammad Kosim (1766-1880) yang merupakan seorang pendekar pencak silat Sumatra Barat tepatnya dari Pagaruyung yang pernah berada dan menetap di daerah Sabandar-Cianjur nantinya akan menjadi bagian dari rumusan pola pengerahan tenaga aliran Cikalong pada generasi kedua dan seterusnya, sehingga memperkaya kaidah yang
dimiliki aliran ini.

Hakikat Maenpo Cikalong
Kemampuan mengatasi atau menaklukkan lawan tidak hanya dengan kekuatan jasmani semata namun lebih kepada kemampuan akal dan teknis sehingga terhindar dari malapetaka baik diri sendiri ataupun orang lain, sesungguhnya maenpo Cikalong adalah sebagai alat tali silaturahmi dan persaudaraan. Membeladiri bukan untuk mencelakai lawan, namun Membeladiri dan menyelamatkan lawan
Maenpo Cikalong memandang bahwa keahlian dalam menguasai bela diri sepenuhnya adalah sebagai alat kontrol yang senantiasa mempertimbangkan rasio dan hati (rasa) dalam bertindak dan menganggap bahwa perkelahian bukan merupakan pilihan utama dalam menyelesaikan permasalahan yang timbul dan ada. Karena keilmuan dalam maenpo Cikalong ditujukan untuk kebaikan dan ibadah bagi yang menyebarkannya maka tindakan menjaga nilai-nilai tersebut perlu dilakukan, yang sering menjadi kendala bagi perkembangannya dan sekaligus menjadi nilai tambah dan keunikan dari aliran maenpo Cikalong ini adalah persyaratan yang terkenal begitu selektif dan ketat. Maenpo Cikalong memandang bahwa ilmu, keterampilan, sikap yang dipelajari lebih dari sekedar “bela diri” sebagai sarana mempertahankan diri namun lebih kepada “aji diri” yakni pemahaman yang lebih mengkaji segala akibat tindakan yang akan dilakukan kepada orang lain jika hal tersebut terjadi pada diri sendiri.
sangat sulit untuk mengetahui siapa yang sudah tinggi ilmunya dan siapa yang masih rendah, sebab apa yang tampak , misalnya kebagusan ibing (tari penca) tidak dapat di jadikan
patokan kemahiran penca.


BELAJAR MAENPO CIKALONG
”Ulah hayang ngan bisa lamun diajar Cikalong mah, ngan kudu ngarti...”
Dalam maenpo Cikalong mempelajari ilmu adalah suatu kegiatan yang tidak mengenal kata tamat. Salah satu bentuk pesan yang pernah dikatakan oleh penyebar generasi pertama, Raden Obing Ibrahim (1860-1942) mengatakan:
Diingatkan kepada semua yang sedang belajar atau yang sudah belajar amengan (penca), janganlah sampai melanggar nasihat gurunya, seperti mencoba ilmu orang lain atau memamerkan gerakan di jalan atau di tempat umum, sebab hal demikian kurang pantas. Belajar amengan itu tidak ada akhirnya, selamanya kita belajar terus, berakhir hanya pada saat meninggal. Tradisi lisan yang menjadi budaya dalam sejarah bela diri Tatar Pasundan menurunkan berbagai pedoman dalam pembiasaan dan pemerasaan di bela diri, yang biasanya belum banyak penelitian dan penelaah yang mendalam mengenai sistem pembelajaran yang unik ini karena diperlukan pengkajian lebih mendalam untuk “melihat” khazanah kekayaan yang dimilikinya, salah satu keunikan yang jarang sampai ke khalayak ramai diantaranya adalah “rasa” maenpo Cikalong menurut cara pandang orang maenpo Cikalong itu sendiri.

Rasa
Rasa dalam pengertian maenpo Cikalong yang adalah kejadian atau pengalaman seseorang mendeteksi keinginan atau kehendak lawan sebelum melakukan gerakan. Ini didapat dari berbagai pengalaman yang dilatih dengan “napel” atau “tempelan”dengan berbagai karakter orang. Apabila semakin banyak seorang praktisi Cikalong melakukan “napel” atau “tempelan” dengan berbagai orang maka akan semakin banyak input memory yang akan ia dapat untuk mendeteksi kehendak lawannya. Napel atau tempelan adalah salah satu bagian dari teknik pelatihan maenpo Cikalong dimana antara murid dengan murid ataupun murid dengan guru
saling menempelkan tangan baik satu maupun keduanya yang dimaksud untuk mengetahui, mengukur dan merasakan seberapa besar tenaga lawan dan arah gerak yang akan dilakukan Tingkatan Penguasaan Maenpo Cikalong
a. Gerak
Pengertian gerak menurut maenpo Cikalong adalah semua bentuk teknik bela diri baik serangan, tangkisan atau elakan yang meliputi kaki dan tangan maupun pola langkah mengandung tenaga yang masih terlihat oleh mata dan dapat disaksikan banyak orang. Dengan kata lain segala bentuk pergerakan anggota badan, pemindahan atau pengubahan posisi badan yang memiliki niat untuk mencapai sasaran yang terlihat itu dinamakan gerak. Penggambaran gerak yang dimaksud maenpo Cikalong meliputi setiap pergerakan anggota badan, lintasan, arah juga pengenaan sasaran.

b. Rasa / Gerak Rasa
Gerak Rasa adalah gerak yang didapat dari pelatihan yang berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan tata gerak silat yang benar dan hingga mencapai tahapan kehalusan, pada penggunaannya gerak rasa ini adalah keadaan yang tak begitu terlihat mendekati samar oleh banyak orang namun hanya dapat diketahui dan dirasakan oleh dua orang yang sedangmelakukan permainan pencak silat ataupun pertarungan.
perpindahan gerak anggota badan, namun telah lebih kepada penyaluran tenaga yang biasanya dilakukan pada tangan adalah antara siku hingga ujung jari tangan, perpindahan bobot dan berat tubuh, tebal tipis areal sentuhan dan mengeras atau tidaknya otot. Seseorang yang memasang uda-kuda tengah sejajar dapat memindahkan bobot dan berat tubuhnya tanpa menggeserkan kaki dengan jauh, ini dapat dilakukan dengan mengeraskan otot salah satu kaki atau melakukan enekanan lebih pada salah satu kaki untuk menitikberatkan posisi ke salah satu kaki.

c. Usik
Usik adalah gerakan kecil yang tidak lagi dapat dilihat tapi hanya dapat dirasakan oleh lawannya dengan menggunakan perubahan tenaga dan teknik yang dilakukan adalah memakai rumusan Madi, Sabandar dan Kari. Usik sendiri memiliki tingkat kehalusan di atas “rasa” di mana pengerahan tenaga pada tangan biasanya hanya sebatas pergelangan tangan ingga ujung jari tangan. Begitu terbatasnya areal penggunaan pada tangan hingga tingkat kesulitan melakukannyapun sangat tinggi, hal ini pula yang menjadikannya banyak penafsiran dan memahaman yang berbeda dalam mengartikan padanan kata dari usik itu ke dalam bahasa keseharian.
Fungsi usik berbeda dengan gerak, di mana gerak lebih kepada niat mencapai atau menghindari sasaran sementara usik adalah berfungsi “mematikan gerak.” Yang dimaksud “mati gerak” dalam usik maenpo Cikalong lebih kepada terbendungnya keinginan lawan untuk melakukan pergerakan bukan dengan mencederai apalagi melukai, dimana ketika posisi lawan enak dan nyaman maka usik berfungsi merubah keadaan di mana menjadikan posisi lawan tidak enak dan tidak nyaman, atau di mana lawan berkeinginan memukul maka dengan usik keinginan tersebut dibendung Seperti halnya rasa jika sebuah usik yang dilakukan dan diperlihatkan pada seseorang dan orang tersebut belum mendapatkan penjabaran secara lengkap akan pembagian tingkatan dalam maenpo Cikalong itu sendiri maka seringkali penafsiran tentang hal tersebut akan jauh dari maksud sebenarnya, hal itu pula yang membuat nilai keunikan maenpo Cikalong tidak serta merta sampai kepada khalayak luas.

Sejumput Kaidah Gerak dan Rasa Dalam Maenpo Cikalong
Dalam Pembentukan Pribadi

- Dalam melakukan gerak dasar Jurus dalam bahasa Sunda dijadikan sebagai akronim dari dua buah kata yaitu jujur dan lurus. Jujur mengandung makna bahwa setiap perilaku yang ada pada pribadi seorang praktisi maenpo Cikalong harus memiliki sikap jujur dan membiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan lurus berarti bahwa setiap indakan di dalam kehidupan harus memiliki suatu pedoman yang lurus sebagai arah (dalam aliran Cikalong agama Islam-lah yang dijadikan sebagai pedoman) guna menghindarkan diri dari berbagai kesalahan dan perbuatan tercela serta merugikan diri sendiri dan orang lain.
- Berdiri kokoh memperlihatkan kekokohan niat baik di dalam hati yang hanya mengharapkan akan ke- ridho-an Allah SWT semata
- Pandangan yang lurus ke depan, memperlihatkan kepercayaan diri dan keberanian. Maksudnya timbulnya keberanian semata-mata hanyalah sebagai bentuk perwujudan dari pembelaan atas kebenaran yang diyakini.
- Badan yang bagian pundak agak sedikit dibungkukkan (rengkuh / bahasa Sunda) menandakan sikap dan sifat yang sopan santun juga rendahan hati. Maenpo Cikalong tetap menempatkan etika dan kesantunan (budaya Sunda) serta kerendahan hati dalam bersifat dan bersikap sehingga lawan yang dihadapi
- Bersikap tenang atau rileks dalam sikap pasang, memberikan makna bahwa bagi seorang praktisi maenpo Cikalong kegagahan bukanlah sikap yang harus ditonjolkan sehingga ingin mendapat kesan ditakuti. Namun kegagahan adalah bentuk “kerja” dari suatu hasil.
- Berhenti sejenak setelah melangkah, memberi arti pembiasaan akan sikap menahan emosi, kesiapan, kesiagaan dan keberhatian-hatian atau kewaspadaan.
-Pukulan dengan tangan yang terbuka mengandung arti kesantunan, dalam sudut pandang maenpo Cikalong segala bentuk sikap yang memperlihatkan kesombongan dan menantang (seperti mengepalkan tangan atau meureupan dalam bahasa Sunda adalah tidak sopan) tidak diperbolehkan.
- Kembalinya tangan pada posisi awal memberi isyarat bahwa setiap selesai melaksanakan sesuatu hendaknya tidak lupa untuk kembali.
- Andaikan belum bisa bersilat: jika ada anggota tubuh yang kesusahan maka yang lain harus membantu
- Jika telah mampu / bisa: maka jika ada kesusahan berusahalah sendiri
- Jika telah ahli maka bela diri adalah untuk membela diri dan menyelamatkan diri sendiri dan lawan bukan untuk mencelakakannya.
- Begitu santunnya etika yang diterapkan seringkali dalam pembahasan lawan lebih banyak dianggap sebagai tamu.Sehingga ketika seseorang bertamu disambut, disediakan atau dijamu, diberi oleh-oleh dan diantarkan (kedah dipapag, disayogikeun, dibekelan, dianter)
- Dasar kuatnya tenaga karena posisi, rubahlah posisi. Sejajar dibuat tidak sejajar, tidak sejajar dibuat sejajar. Menyatu dipisahkan, berpisah disatukan
- Balik ka imah adalah suatu kaidah dalam maenpo yang mengembalikan posisi kepada posisi alami manusia sehingga dapat menahan dan mengatasi pergerakan lawan, mengingatkan diri bahwa penciptaan manusia sebagai sebaik-baik bentuk adalah hal yang patut disyukuri dalam konteks keimanan.

tulisan ini adalah makalah yang dibuat dan disajikan oleh Sdr Iwan Setiawan
pada seminar pencak silat di Universitas Indonesia, Depok

-ocd-

Wednesday, 8 July 2009

Sikap Pasang


H. Azis Asy'ari, salah satu guru besar PABUCI
Lokasi : Padepokan Pencak Silat TMII
foto by : anca

Guru besar dan sesepuh PABUCI



H. Ceng Suryana, Guru Besar PABUCI dan DR. Dadang Supianto, Wakil Bupati Cianjur dan Salah satu sesepuh PABUCI.

Lokasi di Kediaman H Ceng Suryana, Jalan Halte Maleber< Kampung Bojong, Cianjur

foto bersama kru televisi perancis



dari kiri :
H. Azis Asy'ari, Singh, H Ceng Suryana, DR. Dadang Supianto, Lionel.

Foto ini diambil setelah mereka meliput suasana latian maenpo di kediaman Bp H Ceng Suryana, Jalan halte maleber kampung bojong, Cianjur

Mukaddimah

Assalamualaikum w.w.
Ini adalah blog maenpo cikalong pancer bumi. Blog ini berisikan sejarah maenpo cikalong, sejarah PS Pancer Bumi, teknik, jurus, aplikasi, filosofi dan kaedah maenpo cikalong pancer bumi, para tokoh, foto-foto, video, dan beragam kegiatan lainnya.

Blog ini didedikasikan untuk para sesepuh, para guru, para sahabat dan para pecinta dan pelestari silat tradisional.

Untuk masyarakat umum, blog ini akan memperkenalkan salah satu warisan luhur nenek moyang, berupa seni bela diri yang unik dan bernilai filosofi tinggi

Wassalam
-ocd-