Thursday, 24 September 2009
Rd. Ibrahim Arifin
Rd. Ibrahim Arifin, atau yang biasa dikenal sebagai Pak Adang Arifin adalah Murid langsung dari R.O Soleh/Gan Uweh yang paling senior saat ini. Pak Adang Arifin terkenal dengan kedisiplinan nya dalam melatih jurus-jurus maenpo cikalong kepada murid-murid nya. Murid yang belajar pada beliau memerlukan kesabaran dan ketekunan ekstra, tetapi hasil yang didapat sangat memuaskan. Hal tersebut diceritakan langsung oleh H. Ceng Suryana yang pernah mengalami langsung dilatih oleh Pak Adang dalam belajar dan berlatih jurus, susun dan tomplok.
Di usia nya yang sudah kepala tujuh, Pak adang masih tampak sehat dan gagah, masih semangat kalau berbicara, apalagi menyangkut maenpo cikalong. Semoga beliau selalu diberi kekuatan dan kesehatan oleh Allah SWT sehingga dapat terus menjadi sesepuh PABUCI yang dihormati seluruh kalangan.
Thursday, 30 July 2009
PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN MAENPO CIKALONG
Seorang murid atau seseorang yang ingin belajar/mempelajari maenpo cikalong, perlu memperhatikan beberapa prinsip dasar di luar jurus, teknik, aplikasi dan kaedah rasa. Beberapa prinsip dasar itu adalah :
- Ikhlas, yang pertama perlu ditaati adalah niatkan untuk belajar secara ikhlas. Dalam artian tidak ada maksud-maksud tersembunyi seperti hanya sekedar mencoba, ingin mendapatkan kaedah-kaedah tertentu nya saja, atau jurus/teknik tertentu untuk kepentingan pribadi. Niatkan lah untuk belajar secara ikhlas, yaitu memang ingin menekuni, menguasai, melestarikan dan mengembangkan untuk kemaslahatan diri sendiri dan masyarakat.
- Cinta, yang kedua adalah cintailah maenpo ini maka dia akan mencintai kita. Dengan niat yang ikhlas, maka akan timbul cinta terhadap nya dan insyaallah kita akan dimudahkan dalam menuntut ilmu ini.
- Sabar, maenpo cikalong adalah silat yang mengutamakan rasa. Yang dikejar untuk dikuasai adalah "rasa". Kadang seperti membosankan, sekilas sepertinya dari waktu ke waktu yang dipelajari cuma itu-itu saja. Padahal kita tidak menyadari bahwa sudah ada peningkatan dari pelajaran yang kita dapatkan. Oleh karena itu bersabarlah.
- Kemauan yang kuat, insyaallah dengan kemauan yang kuat para guru dan pelatih pun akan dengan senang hati menurunkan ilmu nya.
- Banyak bertanya, bukan dalam artian cerewet tapi asal bunyi. Bertanya lah apa yang tidak kita mengerti, tapi sebelum bertanya coba dan usaha lebih dulu. Setelah terasa mentok barulah bertanya. Insyaallah selanjut nya akan terus mengerti.
- Kejarlah untuk "mengerti" tidak hanya sekedar bisa. Dengan pengertian, maa semua pelajaran akan diterima dengan lebih mudah.
- Takdir, di luar semua itu, kita harus kembalikan semua nya kepada Yang Maha Kuasa. Takdir NYA lah yang menentukan seberapa jauh ilmu yang akan kita dapatkan dan kuasai dari Maenpo Cikalong ini.
Wabillahi Taufik wal Hidayah
Tuesday, 28 July 2009
Penerus Amanat Maenpo Cikalong "Pasar Baru"
Mungkin nama ini kurang begitu dikenal bagi para praktisi bela diri pencak silat di luar Cianjur. Dalam beberapa silsilah aliran Cikalong / maenpo Cikalong sendiri jarang yang tertuliskan namanya, namun siapa nyana bahwa garis silsilah aliran pencak silat Cikalong dari kalangan dalam atau yang lebih dikenal dengan maenpo Cikalong "Pasar Baru" yang dipopulerkan oleh generasi ketiga yakni dari Raden Idrus Wiradireja dan Raden Muhyidin Wiradibrata serta Raden Haji O. Soleh yang merupakan generasi keempat yang bertempat tinggal di daerah Pasar Baru - Cianjur ternyata memiliki penerus amanat tongkat estafet keilmuan aliran ini.
Haji Ceng Suryana HR, terlahir 5 Mei 1946 di Garut yang merupakan wiraswasta dan penduduk Desa Bojong -Karang Tengah ini adalah salah satu murid dari sekian banyak murid yang pernah menimba ilmu pada maestro maenpo Cikalong Raden Haji O.Soleh (gan Uweh). Belajar maenpo Cikalong sejak belasan tahun sekitar tahun 1960-an Haji Ceng Suryana HR yang berasal dari keluarga pecinta pencak silat tertaut hatinya pada aliran ini dan menjadi pencaharian juga pemberhentian terakhir dalam mempelajari bela diri yang sebelumnya memang telah banyak dipelajari. Dalam perjalanan mempelajari aliran Cikalong, semula diselimuti kabut keraguan akan keefektifan atau keampuhan ilmu yang dipelajarinya. Namun setelah setengah tahun diuji sang ayah yang juga seorang pendekar silat dan tak disangka dengan mudah sang ayah di jatuhkannya dua kali, dan merasa bisa dijatuhkan sang anak, ayahnyapun meminta padanya untuk mengundang Raden Haji O. Soleh untuk bersambut tangan yang lebih serius karena dengan anaknya, sang ayah merasa sungkan dan takut melukai. Namun kenyataan pahit dialami kembali ayahnya, dengan sang murid dijatuhkan sebanyak dua kali dan dengan sang guru, Raden Haji O.Soleh maka jauh lebih mudah dijatuhkan. Dengan sentuhan ujung jari telunjuk Raden Haji O.Soleh sang ayahpun dijatuhdudukan dengan mudah. Sejak saat itu keluarga H. Ceng Suryana HR menjadi murid dari Raden Haji O.Soleh.
Beberapa bulan sebelum meninggalnya Raden Haji O.Soleh kepadanyalah Raden Haji O.Soleh mempercayakan untuk menitipkan dan mengamanatkan untuk diterus dan dikembangkannya aliran Cikalong "Pasar Baru" ini. Amanat yang pernah disampaikan padanya antara lain," Kutitipkan (Cikalong) padamu, khawatir suatu saat anak cucuku hendak belajar maenpo Cikalong ..." (titip ka Aceng, bisi jaganing geto aya anak incu nu hayang diajar maenpo Cikalong..) secara simbolis pula Raden Haji O. Soleh pernah berkata pada H. Ceng Suryana HR sebagai penerusnya," Yang sekarang belum didapat akan kau dapatkan pada saatnya nanti..." ( nu ayeuna can kasampak bakal kapanggih `engke'..) sambil memakaikan kopiah / peci-nya pada Haji Ceng Suryana HR. Sejak meninggalnya Raden Haji O.Soleh sebagai guru besar Cikalong generasi IV seiring itu pula nama penerus aliran ini tenggelam.
Bertahun-tahun lamanya nama Haji Ceng Suryana HR tak muncul dipermukaan dan tak dikenal masyarakat pencak silat luar Cianjur apalagi masuk dalam silsilah aliran Cikalong, seakan tenggelam dalam hiruk pikuk dan gempitanyanya persilatan. Namun dalam beberapa tahun terakhir dengan segala kerendahan hati dan permintaan para murid yang belajar padanya, maka namanya mulai dikenalkan para murid pada masyarakat pencak silat dan media. Ini sebagai bentuk jawaban dan tanggung jawab atas keprihatinan semakin sedikitnya sumber keilmuan bela diri Indonesia yang "hilang" ditelan jaman. Hal ini juga sebagai upaya menjaga tradisi bangsa yang adiluhung agar tidak hilang atau diklaim bangsa lain.
Selain itu penerus aliran Cikalong "Pasar Baru" antara lain : Raden I. Arifin yang masih keluarga dari Raden Haji O.Soleh dan Iyus Sarosi sebagai murid dari Raden Muhyidin Wiradibrata....bersambung
Thursday, 23 July 2009
Gan Muhyidin
Mengenai jalur keilmuan Cikalong mungkin perlu disebutkan juga Rd. Muhyidin murid dari Rd. Bratadilaga. Beliau ini selain belajar kepada Rd. Bratadilaga tidak pernah berguru kepada siapapun lagi, sehingga mungkin bisa dibilang Cikalong yang diajarkan oleh beliau masih murni dan belum mendapat pengaruh Sahbandar.
R. Muhyidin lebih sering menggunakan usik puhu yang selalu mendahului gerak lawan.
Berdasarkan informasi Jurus Tujuh adalah jurus yang diajarkan oleh Gan Muhyidin kepada Gan Uweh. -bang ajad-
Wednesday, 22 July 2009
RADEN IDRUS (GAN IDRUS)
Gan Idrus selain belajar pada Gan Brata bilau juga belajar kepada Gan Obing sama seperti halnya Gan Didi.
Gan Idrus lebih menyukai usik tungtung yang melakukan serangan balik ketika serangan lawan sudah habis.
RADEN DIDI MUHTADI (GAN DIDI)
RADEN ABAD M. SIROD (GAN ABAD)
-- 27 Jurus kajadian
1. Susun
2. Sambut Luar
3. Sambut Luar Pepehan
4. Opat Pasagi
5. Lima Labuhan
6. Pasangan Peupeuhan
7. Tumpangan
8. Pasangan Labuhan
9. Tumpangan Labuhan
10. Parieusan
11. Peunggasan
12. Peunggasan Kulit
13. Potongan Siku
14. Teken Jihad
15. Malik Jihad
16. Parieusan Pura
17. Kocet
18. Potongan Labuhan
19. Lima Peupeuhan
20. Serut
21. Kari
22. Madi
23. Jurus Tilu
24. Sabandar
25. Gicel
26. Sambut Jero
27. Ringkeusan Pura
28. Maksud Lempeng
29. Maksud Serong
30. Main Hiji
Buku Tuduh Kaedah Maenpo sendiri terdiri dari 5 bab diantaranya:
1. BAB MUSIM
2. BAB OPAT PERJALANAN
3. BAB RASA
4. BAB GERAK
5. BAB JURUS KEJADIAN
RADEN OBING IBRAHIM (GAN OBING)
Dikisahkan ketika Rd. Obing sedang berlatih dengan Rd. Enoh, Rd. H. Ibrahim sempat mengamati dan melihat bakat yang dimiliki oleh Rd. Obing ini. Sehingga pada akhir latihan disampaikan oleh Rd. Ibrahim kepada Rd. Enoh bahwa setelah selesai berlatih pada Rd. Enoh, Rd. Obing diminta melanjutkan pelajaran silatnya pada Rd. H. Ibrahim sang maestro Cikalong. Sejak itu mulailah Rd Obing belajar cikalong langsung pada Rd. H. Ibrahim.
Selain mendalami cikalong, Rd. Obing juga mendalami maenpo sabandar yang menurut beberapa kisah, Rd. Obing belajar dari gurunya (Rd. Enoh) dan kemudian di lanjutkan belajar langsung pada Mama Kosim di Sabandar. Namun ada juga kisah yang menceritakan bahwa Rd. Obing hanya belajar sabandar pada Rd. Enoh dan tidak belajar langsung pada Mama kosim (waallohualam bisawab).
Ternyata kecerdasan dan kejeniusan Rd. Obing menyebabkan beliau sangat di sayangi oleh para guru-gurunya, kemampuan untuk mendalami dan menggabungkan prinsip prinsip dari cikalong dan sabandar membuat para gurunya kagum, sehingga saking sayangnya Rd. H. Ibrahim memberikan Nama Ibrahim dibelakang nama Rd. Obing sehingga namanya menjadi Rd. Obing Ibrahim. Nama Ibrahim adalah nama pemberian dari Guru sebagai rasa sayang kepada murid.Perkembangan maenpo di cianjur memiliki pusat pusat pengembangan yang letaknya tidak terlalu jauh. Bojong Herang merupakan pusat dari pengembangan murid-murid Sabandar, sedangkan Pasar Baru merupakan pusat pengembangan Cikalong. Diantara kedua pusat ini adalah kaum, disinilah para tokoh maenpo cianjur mempelajari kedua aliran ini baik cikalong maupun sabandar, dan tokoh dari kaum ini adalah Rd. Obing Ibrahim.Keahlian Rd. Obing Ibrahim dalam bersilat sangat di akui kala itu, sehingga banyak tokoh cikalong yang menimba ilmu padanya. beberapa tokoh maenpo cikalong yang sempat belajar pada Rd. Obing adalah:
Rd. Didi (gan Didi)
Rd. Utuk (gan Utuk)
Rd. Idrus (gan Idrus)
Rd. Nunung Ahmad Dasuki (gan Nunung)
Rd. Memed (gan Memed)
Rd. Popo Sumadipraya (gan Popo)
Rd. Obing Ibrahim terakhir menjabat sebagai Naib (penghulu) Cianjur, beliau wafat di Cianjur tanggal 1 Juni 1942 dan dimakamkan di Suka Negara, Kecamatan Tanggeung Cianjur
Tuesday, 21 July 2009
PARA TOKOH PENGEMBANG CIKALONG
1.Rd. Obing Ibrahim (Gan Obing), yang mengembangkan 5 adegan serong/jalan serong atau dikenal juga dengan Suliwa;
2.Rd. Abad, yang mengembangkan jurus 30 dengan 27 Jurus kajadian dan 3 Jurus maksud;
3.Rd. Didi (Gan Didi), yang mengembangkan 13 Jurus dengan beberapa pola langkah; dan
4.Rd. U. Soleh (Gan Uweh), yang mengembangkan 10 Jurus, 3 Pancer dan Jurus 7 serta Masagikeun.
KAEDAH DALAM MAENPO CIKALONG PANCERBUMI
A. MADI
Bang Madi, seorang penjual kuda yang berasal dari Pagarruyung, Sumatra Barat. Setelah berkenalan dan akhirnya bersambung tangan, akhirnya diketahui bahwa Bang Madi adalah seorang ahli pencak silat yang sangat tangguh.
Dari Bang Madi R.H. Ibrahim memperoleh ilmu permainan rasa, yaitu sensitivitas atau kepekaan rasa yang positif sehingga pada tingkat tertentu akan mampu membaca segala gerak lawan saat anggota badan bersentuhan dengan anggota badan lawan, serta segera melumpukannya.
Menurut beberapa tokoh, salah satu ciri atau kebiasaan dari Bang Madi adalah mahir
dalam melakukan teknik “bendung” atau menahan munculnya tenaga lawan, di samping “mendahului tenaga dengan tenaga”. Di kalangan aliran Cikalong teknik ini disebut “puhu tanaga” atau “puhu gerak”.
B. SABANDAR
Masuknya pengaruh Sabandar di cikalong sepertinya dimulai dengan belajarnya murid generasi pertama cikalong ke Mama Kosim (Sang Maestro Sabandar). Salah satu tokoh cikalong yang belajar juga pada Mama kosim adalah Rd. Enoh.
Salah satu ciri aliran Sabandar adalah mahir dalam mengalirkan tenaga, yang dalam kalangan pencak silat dikenal dengan istilah liliwatan, coplosan atau kocoran.
C. KARI
Atas petunjuk Bang Madi, R.H. Ibrahim disarankan untuk menemui seorang tokoh silat dari Kampung Benteng, Tangerang yang bernama Bang Kari.
Dari Bang Kari, R.H. Ibrahim mendapatkan (ulin peupeuhan) ilmu pukulan yang mengandalkan kecepatan gerak dan tenaga ledak.
Monday, 20 July 2009
Sunday, 19 July 2009
Saturday, 18 July 2009
Thursday, 16 July 2009
Raden Haji O.Soleh
Thursday, 9 July 2009
KATA-KATA BIJAK DAN PETUAH DALAM MAENPO CIKALONG
Jangan menyombongkan guru, lebih-lebih jangan menyombongkan diri sendiri mahir maenpo, Menunjukkannya di mana-mana, sebab dapat menimbulkan fitnah, menghina dan menjelek jelekan penca yang lain, Takabur, Ujub dan ria (sombong) dengan harapan disebut mahir maenpo atau ingin di takuti orang lain
Amanat dari Raden Obing Ibrahim:
Diingatkan kepada semua yang sedang belajar atau yang sudah belajar amengan (penca), janganlah sampai melanggar nasihat gurunya, seperti mencoba ilmu orang lain atau memamerkan gerakan di jalan atau di tempat umum, sebab hal demikian kurang pantas. Belajar amengan itu tidak ada akhirnya, selamanya kita belajar terus, berakhir hanya pada saat meninggal.
Pada waktu mencapai ilmu yang tinggi perilaku menjadi hati-hati dan waspada, apa yang terjadi dihadapi.
Sangat sulit untuk mengetahui siapa yang sudah tinggi ilmunya dan siapa yang masih rendah, sebab apa yang tampak , misalnya kebagusan ibing (tari penca) tidak dapat di jadikan patokan kemahiran penca.
Pada saat bersambung baru dapat di tentukan apakah seseorang itu lebih tinggi, sama, atau lebih rendah
Semua ameng (baik yang ada di tanah Sunda maupun yang berasal dari luar) tidak ada yang lebih bagus atau lebih jelek, sungguh semuanya biasa saja, menjadi jelek untuk yang masih bodoh , sedangkan bagi yang sudah mahir tetap bagus, jadi tidak tergantung ameng yang mana, melainkan pada kemahiran atau kebodohannya
R. Obing Ibrahim
"Padahal sadajana ameng oge henteu aja anoe langkoeng sae atanapi awon, estoe loembrah bae, awon soteh kanggo anoe masih bodo, da kanggo anoe parantos pinter mah tetep saena, teu goemantoeng kana ameng itoe ameng ieu. saha saha anoe kawon nawiskeun jen bodo keneh."
Padahal semua maenan tidak ada yang lebih bagus atau lebih jelek, lumrah saja jelek buat yang masih bodoh. untuk yang sudah pintar tetap saja bagus, tidak tergantung pada permainannya. barang siapa yang kalah maka dia masih bodoh.
Jurus
- Jurus
- Suliwa
- Serong
- Kocet
- Susun
- Tomplok
- Lipet Potong
- Potong serong
- Jurus Tujuh
- Serut
pancer satu, pancer selah bumi, pancer dua.
Dalam pembelajaran jurus ini terkadang tidak dilakukan secara berurutan dari angka 1 sampai 10, guru kadang mengacak susunan jurus dengan tujuan agar murid dapat mengingat setiap bentuk jurus yang diajarkan. Bentuk dan sikap jurus akan diuraikan dalam tulisan yang lain.
Metode pembelajaran.
Pada setiap latihan, seluruh murid wajib menjalankan 10 jurus dasar dan 3 pancer tersebut di atas. Setelah itu masing-masing murid akan berpasangan. Sistem berpasangan ini adalah teknik khas dari maenpo cikalong yang dinamakan napel/nempel. Tujuan dari sistem ini adalah menumbuhkan rasa pada setiap murid. Oleh karena yang dituju dalam maenpo cikalong adalah tumbuh nya "rasa". Itulah sebab nya silat ini dinamakan juga "silat rasa". Mengenai rasa ini akan diuraikan lebih detil pada tulisan lainnya.
Berlatih dengan berpasangan ini mempunyai keuntungan lain yaitu masing-masing murid akan saling mendukung perkembangan dan pertumbuhan rasa nya. Prinsip yang ditanamkan adalah "saling memberi dan saling menerima". Saling asah-asih dan asuh.
-ocd-
Raden Haji Ibrahim Jayaperbata
Raden Haji Ibrahim Jayaperbata terlahir dari keluarga ningrat dan bangsawan Cianjur, leluhurnya adalah merupakan salah satu pendiri Cianjur. Lahir diawal abad XIX atau tepatnya pada tahun 1816 meninggal tahun 1906, di desa Cikalong
SEJARAH , FILOSOFI DAN KAEDAH MAENPO CIKALONG
PENDAHULUAN
Kesemuanya ini merupakan suatu hasil dari kekayaan intelektual para leluhur bangsa ini yang yang arif dalam memandang harmoni kehidupan. Namun kini seiring dengan semakin pesatnya laju kehidupan keseharian masyarakat Indonesia yang kian modern, informasi mengenai pencak silat, penca, silat ataupun maenpo bukan semakin melekat erat namun semakin jauh dan serasa asing di masyarakatnya sendiri terutama generasi muda. Adalah merupakan tanggung jawab kita bersama dalam kearifan menyikapi kelangsungan hidup juga kelestarian pencak silat di dalam konteks jaman. Agar senantiasa pencak silat yang dengan segala nilai-nilai keluhurannya dapat mempertahankan keberadaannya di tengah arus budaya global yang kian menderanya.
Sejarah Maenpo Cikalong
tujuh rupa penca, anu ulin pakarang bae
lain deui bangsa, serimpi bedaya
(hoen 1878:99)
(palagan bubat, soepandi & atmadibrata 1977:45)
1. Asal kata maenpo
2. Sejarah Maenpo Cikalong
Raden Haji Ibrahim Jayaperbata yang terlahir dari keluarga ningrat dan bangsawan Cianjur, leluhurnya adalah merupakan salah satu pendiri Cianjur. Lahir diawal abad XVIII atau tepatnya pada tahun 1816 meninggal tahun 1906, di desa Cikalong. Diketahui bahwa salah satu dari leluhurnya, Raden Wiranagara atau yang dikenal dengan nama Aria Cikalong pernah berguru dan membawa seorang ahli silat bernama Embah Kahir atau Embah Khaer yang kemudian menetap dikenal sebagai aliran Cimande ke keluarga ini hingga dikenal aliran bela diri ini ke masyarakat luas.
Silsilah leluhur Raden Jayaperbata
Kangjeng Dalem Raden Wiratanudatar I (Kanjeng Dalem Cikundul)
Kangjeng Dalem Raden Wiratanudatar II (Kanjeng Dalem Tarikolot)
Kangjeng Dalem Raden Wiratanudatar III (Kanjeng Dalem Dicondre)
Kangjeng Dalem Raden Wiratanudatar IV (Kanjeng Dalem Sabirudin)
Kangjeng Dalem Raden Wiratanudatar V (Kanjeng Dalem Muhyidin)
Kangjeng Dalem Raden Wiratanudatar VI (Kanjeng Dalem Dipati Enoh)
Raden. Wiranagara (Aria Cikalong)
Raden. Rajadireja (Aom Raja) Cikalong
Raden. Jayaperbata (Rd. Haji Ibrahim)
Guru - guru dan Aliran yang Pernah Dipelajari
a. Raden Ateng Alimuddin
b. Bang Ma’ruf / Rauf
c. Bang Madi
d. Bang Kari.
dimiliki aliran ini.
Hakikat Maenpo Cikalong
patokan kemahiran penca.
BELAJAR MAENPO CIKALONG
Dalam maenpo Cikalong mempelajari ilmu adalah suatu kegiatan yang tidak mengenal kata tamat. Salah satu bentuk pesan yang pernah dikatakan oleh penyebar generasi pertama, Raden Obing Ibrahim (1860-1942) mengatakan:
Diingatkan kepada semua yang sedang belajar atau yang sudah belajar amengan (penca), janganlah sampai melanggar nasihat gurunya, seperti mencoba ilmu orang lain atau memamerkan gerakan di jalan atau di tempat umum, sebab hal demikian kurang pantas. Belajar amengan itu tidak ada akhirnya, selamanya kita belajar terus, berakhir hanya pada saat meninggal. Tradisi lisan yang menjadi budaya dalam sejarah bela diri Tatar Pasundan menurunkan berbagai pedoman dalam pembiasaan dan pemerasaan di bela diri, yang biasanya belum banyak penelitian dan penelaah yang mendalam mengenai sistem pembelajaran yang unik ini karena diperlukan pengkajian lebih mendalam untuk “melihat” khazanah kekayaan yang dimilikinya, salah satu keunikan yang jarang sampai ke khalayak ramai diantaranya adalah “rasa” maenpo Cikalong menurut cara pandang orang maenpo Cikalong itu sendiri.
Rasa
saling menempelkan tangan baik satu maupun keduanya yang dimaksud untuk mengetahui, mengukur dan merasakan seberapa besar tenaga lawan dan arah gerak yang akan dilakukan Tingkatan Penguasaan Maenpo Cikalong
a. Gerak
Pengertian gerak menurut maenpo Cikalong adalah semua bentuk teknik bela diri baik serangan, tangkisan atau elakan yang meliputi kaki dan tangan maupun pola langkah mengandung tenaga yang masih terlihat oleh mata dan dapat disaksikan banyak orang. Dengan kata lain segala bentuk pergerakan anggota badan, pemindahan atau pengubahan posisi badan yang memiliki niat untuk mencapai sasaran yang terlihat itu dinamakan gerak. Penggambaran gerak yang dimaksud maenpo Cikalong meliputi setiap pergerakan anggota badan, lintasan, arah juga pengenaan sasaran.
b. Rasa / Gerak Rasa
Gerak Rasa adalah gerak yang didapat dari pelatihan yang berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan tata gerak silat yang benar dan hingga mencapai tahapan kehalusan, pada penggunaannya gerak rasa ini adalah keadaan yang tak begitu terlihat mendekati samar oleh banyak orang namun hanya dapat diketahui dan dirasakan oleh dua orang yang sedangmelakukan permainan pencak silat ataupun pertarungan.
perpindahan gerak anggota badan, namun telah lebih kepada penyaluran tenaga yang biasanya dilakukan pada tangan adalah antara siku hingga ujung jari tangan, perpindahan bobot dan berat tubuh, tebal tipis areal sentuhan dan mengeras atau tidaknya otot. Seseorang yang memasang uda-kuda tengah sejajar dapat memindahkan bobot dan berat tubuhnya tanpa menggeserkan kaki dengan jauh, ini dapat dilakukan dengan mengeraskan otot salah satu kaki atau melakukan enekanan lebih pada salah satu kaki untuk menitikberatkan posisi ke salah satu kaki.
c. Usik
Sejumput Kaidah Gerak dan Rasa Dalam Maenpo Cikalong
Dalam Pembentukan Pribadi
tulisan ini adalah makalah yang dibuat dan disajikan oleh Sdr Iwan Setiawan
pada seminar pencak silat di Universitas Indonesia, Depok
-ocd-
Wednesday, 8 July 2009
Guru besar dan sesepuh PABUCI
H. Ceng Suryana, Guru Besar PABUCI dan DR. Dadang Supianto, Wakil Bupati Cianjur dan Salah satu sesepuh PABUCI.
Lokasi di Kediaman H Ceng Suryana, Jalan Halte Maleber< Kampung Bojong, Cianjur
foto bersama kru televisi perancis
dari kiri :
H. Azis Asy'ari, Singh, H Ceng Suryana, DR. Dadang Supianto, Lionel.
Foto ini diambil setelah mereka meliput suasana latian maenpo di kediaman Bp H Ceng Suryana, Jalan halte maleber kampung bojong, Cianjur
Mukaddimah
Ini adalah blog maenpo cikalong pancer bumi. Blog ini berisikan sejarah maenpo cikalong, sejarah PS Pancer Bumi, teknik, jurus, aplikasi, filosofi dan kaedah maenpo cikalong pancer bumi, para tokoh, foto-foto, video, dan beragam kegiatan lainnya.
Blog ini didedikasikan untuk para sesepuh, para guru, para sahabat dan para pecinta dan pelestari silat tradisional.
Untuk masyarakat umum, blog ini akan memperkenalkan salah satu warisan luhur nenek moyang, berupa seni bela diri yang unik dan bernilai filosofi tinggi
Wassalam
-ocd-